In Memoriam

Evanescence – My Immortal, lagu ini terus kudengar dari kemarin hingga sekarang. Ntah berapa puluh kali telingaku mendengarnya, kuhayati bait demi bait.. kuresapi kegalauan yang diutarakan Amy sang vokalis. Ya menggambarkan aku yang juga galau, masih galau.. inilah yang terjadi, aku merasa sendiri. Kesepian yang melanda hati benar-benar berada di puncaknya, kesedihan meninggi pada kadar normalnya.



Ibu, engkau yang bepergi disana. 7 hari ini aku masih merasakan hal yang sama, seperti hari biasanya ketika ucapanmu menyibukkan aku dari membuka mata hingga menutup mata lagi. Aku tak pernah lelah, tapi sedikit mengeluh terkadang. Tapi aku senang, ya senang merawatmu 4 tahun lebih. Dengan cintaku yang kecil dari seorang anak, apa yang bisa aku lakukan akan kulakukan. Apa yang kupunya akan kuberikan semua, engkau masih merasakananya bukan? Ketika suatu hari aku benar-benar tak punya uang barang 3rbu, kita berbagi makanan di 1 piring nasi goreng. Aku masih merasakan hal seru itu, juga semua keseruan yang pernah terjadi.

Tapi kini, aku berlebih sedikit tak tau mau aku berbagi ke siapa lagi? Keluhanku tiap hari siapa lagi yang mau menanggapi.. aku tak lagi bisa membuatkanmu sarapan, memandikanmu, merawatmu lagi aku tak bisa. Air mata di kepala rasanya sudah kering, tiap malam yang dingin terbalut sepi aku merintih. Aku mengkhayal engkau masih ada. Sekedar aku membasuh dahimu yang dipenuhi peluh keringat, atau sekedar membenarkan selimutmu dikala engkau sudah terlelap. Andai oh andai, aku hanya bisa mengandai..

Malam terakhir ketika kita masih bersama, engkau sudah mewanti-wantinya bukan agar aku tak jauh darimu? Dasar, emang aku anak yang bodoh.. aku meninggalkanmu untuk mengambil obat. Firasatku yang tidak enak akhirnya emang terwujud, engkau pergi meninggalkanku sendiri disini. Ya, pergi untuk selamanya.. ? Hari-hariku terasa berat, tak ada lagi orang yang kutunggu ketika kupulang kuliah, tak ada lagi orang yang kurawat dari mengambilkan makanan hingga mandi, tak ada lagi orang yang kuajak berbagi keluhan dan kesenangan yang kujalani. Aku sendiri..

Tempat kuberpijak tertiup angin-Nya
Aku menapaki hari meraba-raba
Meluapkan perasaanku
Bersama ilalang yang bebas mengikuti angin
Waktupun tak mampu membohongi
Semua kesedihanku yang menumpuk di pilu
Aku benar-benar rapu
Terombang-ambing dengan peluh rindu
Kasih sayang yang tak bisa kurasakan kembali

Untuk ibu yang disana, sedikit cerita rindu dari anakmu tersayang..

In memoriam my mom, Peni Puji Astuti

0 komentar:

Posting Komentar

 

© Copyright catatan heri . All Rights Reserved.

Designed by TemplateWorld and sponsored by SmashingMagazine

Blogger Template created by Deluxe Templates