Waahh dan Wiihh Mudik Ke Wisata Alam dan Budaya

Selamat pagi/siang/malam wahai pembaca blogku, assalamu alaikum apa kabar semua? :-) Semoga kesehatan dan rejeki selalu menaungi kalian yang sering mampir ke blogku ini yah, aminnn.. yang belum mampir, mampir dulu yuk biar aku doain juga. Hehehe..

Ngelanjutin cerita tentang Eco Mudik Go Green di postingan sebelumnya di Waahh dan Wiihh Mudik Menggunakan Bus. *baca dulu yuk yang belum baca*, kali ini aku mau cerita mudik go greenku selama di Jambi. Dan ini sesuatu banget yang kedua buatku selama liburan disini, tetap dengan waah dan wiihh selama liburan yang menyangkut tentang lingkungan seperti artikel sebelumnya. Kali ini harapku masih tetap sama semoga membuka lebih lebar mata kita semua yang membaca, kepedulian terhadap lingkungan di Sumatera khususnya Jambi yang mau aku ceritain sekarang.

Di Jambi aku keliling bersama keluarga besar ke tempat wisata yang cukup terkenal disini, menikmati tempat wisata yang tidak aku nikmatin di Solo. Aduhai, membayangkan keindahannya saja membuatku tidak tahan ingin segera terjadi acara keliling-kelilingnya. H+3 setelah lebaran kami sekeluarga sepakat merencanakan liburan bersama keluarga besar mengililingi tempat wisata di Jambi. Selain berlibur juga tali silahturahmi lebih erat terjalin, harap kami semua. Di mulai dari Muara Jambi sampai ke Kerinci, wisata alam pegunungan yang sangat terkenal disini karena keindahan pemandangan alamnya. Mendengar sekilas tentang keindahan alam yang akan kami kunjungi membuatku semakin tak sabaran.

Hari yang dinantikan pun datang, kami berangkat menggunakan mobil keluarga yang memuat lumayan anggota keluarga. Kami memulai liburan “sehat” kami dengan datang ke situs Muara Jambi, ada peninggalan kerajaan melayu disini. Candi yang sedang dipugar tak mengurangi semangat kami untuk menikmati liburan yang bernilai sejarah, dan pemandangan di sekitarnya pun membuatku berkata Waahh.. Burung-burung kecil mengiringi perjalanan kami disini, semilir angin yang bergesek dengan ranting pohon membuat kami semakin menikmati Candi ini. Sekitar 30 menit tak terasa kami berada disini, jarang-jarang kan objek wisata budaya bisa dinikmati sambil menikmati keindahan alam.

Setelah puas di Candi Muara Jambi kamipun langsung bergegas berangkat ke Kerinci, perjalanan sekitar 3 jam membuatku getir. Bukan karena lamanya duduk di mobil, tapi selama perjalanan aku melihat banyak hutan-hutan yang gundul dan sebagian sudah menjadi arang karena di bakar. Inginnya sch liburan “sehat” bersama keluarga hanya terucap kata Waahh dari mulutku karena takjub akan keindahan alam ciptaan Illahi. Sedih dch, aku hanya menatap kosong ketika mobil kami melintasi hutan-hutan yang sudah gundul itu. Karena waktu itu musim penghujan, sebagian tanah di hutan itu pun longsor. Meski tak banyak longsoran ketika aku melihatnya, tapi ketika hujan deras datang pasti erosinya lebih besar pula. *gak mau ngebayangin dch*


Hutan Gundul Di Jambi


Daaann, akhirnya kamipun sampai di Kerinci. Kabupaten terujung di Jambi yang berbatasan langsung denganProv. Sumbar ini membuat kami lagi-lagi takjub. Waahh, kata itu terucap lagi untuk menggambarkan keindahan alam yang benar-benar indah. Sejenak aku diam sambil menghirup udaranya yang 100% oksigen, di Jakarta kota yang kami lewati waktu berangkat mudik pasti tak sampai segini oksigennya. *yakin banget*. Lalu kami beristirahat sejenak di rumah keluarga kami disitu. Setelah mengumpulkan tenaga, kami pergi ke puncak gunung Kerinci untuk perjalanan pertama kami disini. Aku tak bisa berkata-kata, demi Tuhan pemandanganya Indah sekali. Gunung yang masih aktif ini memberikan suasana yang tenang, semilir dingin angin tak menciutkan niat kami keliling-keliling barang sejenak. Setelah cukup puas menikmati pemandangan gunung Kerinci dan karena ada anggota keluarga yang tak tahan dingin, kamipun menuju air terjun berasap.


Gunung Kerinci


Karena tak pernah melihat air terjun, sekali melihat air terjun rasanya membuat kami ingin segera mandi dan berenang disitu. Perjalanan yang terjal dan licin mengingatkanku untuk bersabar, apalagi sehari sebelumnya disini hujan. Sayang, perjalanan terjal diwarnai dengan sampah-sampah plastik bekas air mineral maupun snack. Tulisan “Tempat Sampah” di ujung jalan menuju air terjun berasap rasanya tak menggugah mereka yang hanya menikmati keindahan air terjun berasap dan mengabaikan kebersihan. Tulisan-tulisan “kaligrafi” i love you, nama-nama “orang penting” juga merusak tembok-tembok dan batu-batu di sekitar air terjun berasap. Mereka mungkin tak puas dengan hanya meninggalkan sampah-sampah itu dan membuat kenang-kenangan disini. Hatiku pun tergugah..


Air Terjun Berasap


Setelah sedikit “beres-beres” aku menyusul keluargaku yang sudah yemplung duluan. Rasa jengkelku tadi mendadak hilang, guyuran berkubik-kubik air dari atas menentramkan pikiranku. Aku nikmati sekali tiap air yang membasahi badanku, segarnyaaa batinku berkata... keindahan alam indah yang diciptakan Tuhan begini koq malah ditinggalkan yah. Kita orang Indonesia lebih senang berlibur ke luar negeri dan menghabur-hamburkan uang untuk barang-barang yang tak berguna, harusnya kita berlibur di negeri sendiri dan memajukan pariwisata tanah air. Dan untuk daerah-daerah dengan keindahan alam yang belum terjamah jadi ikut terangkat dan menjadi popoluer. Semoga yah.. :)




Waahh dan Wiihh Mudik Seru Menggunakan Bus

Mudik?

Acara sakral yang dilakukan tiap 1 tahun sekali, dan wajib dilakukan buat yang kangen dengan keluarganya di kampung halaman. Yang gak punya kampung halaman, yah kangen saja dengan kampung halaman orang lain. :p

Tapi dilihat beberapa tahun belakangan ini, mungkin malah dari dulu. Pemudik tiap tahun makin bertambah, yang otomatis berimbas juga pada kendaraan yang di pakai untuk mudik. Makin banyaknya kendaraan yang dipakai, makin banyak pula gas buang dari kendaraan yang dihasilkan. Dan tau kan sob gas buang itu namanya POLUSI!! Bukan polusi yang kerjaannya nangkap penjahat, tapi polusi yang mengganggu kesehatan kita. Kalian semua yang pernah mudik pasti ngerasain betapa panasnya kita di dalam kendaraan, pengap, sumpek dan gerah waktu mudik. Itu salah satu dampak negatif kecil dari polusi lho. Dampak yang lebih besar?? Liat diatas kalian, lapisan ozon semakin rusak!! Gila, gak asyik banget kan?? Kalo pas hujan kita gak pakai payung aja kehujanan, nah gimana kalo payung super besar kita yang di atas bolong?? *tau sendiri jawabannya apa* *atuuut*


Asap Yang Dihasilkan Dari Kendaraan,,


Kembali ke mudik. Beberapa bulan yang lalu aku mudik ke Jambi, provinsi kecil yang berbatasan dengan Palembang. Sebenarnya bukan mudik sch namanya, liburan ke tempat keluarga tepatnya tapi karena dikerjain berbarengan dengan orang yang mudik dan bertepatan dengan menjelang Lebaran jadilah namanya mudik juga. Hehe.. Kami (bapak, abang, gue dan adik) berangkat dari Solo menggunakan bus. Yah salah satu angkutan buat pemudik yang murah, dan khusus buat aku bus adalah kendaraan yang paling ksenengin. Kenapa, karena perjalan ke tempat yang kita tuju benar-benar jadi kerasa. Kita bisa nikmatin indahnya kota demi kota secara dekat lewat jendela, melihat jalan-jalan atau gedung-gedungl bersejarah ataupun megah di tiap kota yang kita lewati. Kereeenn banget dach, apalagi malam.. Sesuatu yang gak bisa kamu nikmati bila berkendara menggunakan transportasi lain, seperti pesawat.

Perjalanan kami menuju Jambi memakan waktu 3 hari 3 malam, dan semua hal yang Waahh dan Wiihh kami lihat selama 3 hari di sepanjang perjalanan. Dimulai dari Waahhnya, ketika kami melewati kota Bogor. Pemandangannya benar-benar waahh disini, sebutan kota hujan buat kota ini rasanya tak salah, karena Bogor telah membasahi hatiku.. *walah malah ngegombal*. Tapi beneran dch, hati terasa adem banget pas mata nikmatin ciptaan Tuhan yang luar biasa. Dimana tumbuhan tertata rapi dan hijau sepanjang jalan, hawa sejuknya pun menyegarkan paru-paru. Apalagi ketika melihat sekumpulan orang semacam komunitas “Pencinta Alam” sedang menanam bibit pohon di sekitar jalan yang kami lalui. Membuat ademnya Bogor makin adem dengan kepedulian orang-orang mulia seperti mereka. Aku langsung tersenyum bangga ke mereka, masih ada orang-orang yang peduli dengan lingkungan. Gak kayak aku yang kerjaannya malah nyuri rambutan tetangga, malah ngerusak tanaman kan? :( Hiks..

Yah tapi setelah melewati Bogor dan memasuki daerah Jakarta suasana Waahhnya berubah jadi Wiihhh, wihh ternyata Jakarta memang sumpek dan pengap banget. Kerasa dch orang yang tinggal disini gimana kesehatannya sehari-hari, udara dan airnya tercemar. Padahal waktu kami memasuki daerah Jakarta jam masih menunjukkan pukul 7 pagi, tapi pemandangan radius beberapa meter di depan terasa seperti sudah mau magrib, gelap banget. Asap-asap kendaraan berjubel menyatu, yang berimbas juga pada oksigen yang steril berkurang untuk dihirup. Gak berhenti disitu, ketika bus kami melewati jembatan dan melihat aliran sungai di bawahnya. Kotoooorr banget, tumpukan sampah menimbun dan airnya sendiri berwarna hitam pekat. Jadi inget sungai di kampung, meskipun berwarna coklat tapi tak sehitam ini. “Yah semoga menjadi lebih baik lah Jakarta”, pikirku setelah bus kami menaiki kapal untuk menyeberangi pulau seberang yaitu Sumatera.


Photo Betapa Kotornya Sungai Di Jakarta


Perasaan mendadak sejuk, semilir angin laut menerpa kami penumpang bus yang keluar untuk menikmati pemandangan dari kapal. Benar-benar indah ciptaan Tuhan, sangat indah. Dan mata kami tiba-tiba dikejutkan oleh sekumpulan lumba-lumba, yang tampaknya ingin mengajak lomba kecepatan dengan kapal. J jadi ingin ikutan berenang dengan mereka di lepas pantai, tapi takutnya malah besoknya masuk koran. Berhubung aku juga gak bisa berenang jadi kuurungkan niat untuk berenang di lautan, hehe.. setelah 1 jam kemudian kami sampai ke pelabuhan Bakauheni, dan bersiap menikmati hutan-hutan lebat di Sumatera. Yah hutan menjadi daya tarik kuatku ketika berada di Sumatera, rimbunnya dedaunan dan raungan hewan yang masih liar terkadang ingin sebagian dari mereka berada di tengah kota. Menghijaukan kota dan agar kota menjadi lebih “hidup”, contohnya Jakarta yang baru kami lewati beberapa jam tadi. Itu hanya pengandaian, yang rasanya sulit dilakukan teringat aku hanya rakyat biasa. :)

Lampung, Palembang, dan Jambi kami lalui dengan pemandangan yang sama. Kenapa sama, karena hutan disini sudah dijadikan hutan produksi dan menjadi perkebunan sawit. Miris banget ngeliatnya, sepanjang mata memandang hanya deretan tanaman “penyedot hara” yang tampak. Memang sch sawit menjadi penyokong hidup mayoritas penduduk Sumatera, tapi buat kedepannya kasihan dengan generasi penerus. Tau gak teman, tanaman sawit adalah tanaman yang akarnya menancap paling dalam dan luas menyebarnya. Jadi meskipun sawitnya di cabut dan diganti tanaman lain seperti holtikultura, tanaman pengganti ini gak akan dapat hara yang banyak karena sudah tertutup dengan akar sawit lagi. 1 hal penting yang gak terpikir oleh petani disini.. belum lagi ketika kami melintas diperbukitan kawasan perbatasan Jambi-Palembang. Hutannya banyak gundul, dan ada arang kayu bekas pembakaran. Isu pengundulan hutan dan ancaman global warming aku lihat sendiri disini!

Tanaman Sawit Yang Merusak Ekosistem


Terpikir dch untuk langsung menjaga lingkungan, dimulai dari rumah keluarga sesampainya kami di Jambi. Mudik Solo-Jambi menjadi mudik pembuka mata hatiku untuk lebih mencintai lingkungan, juga buat kalian teman-teman sehabis membaca sedikit ceritaku ini. Lingkungan kita sudah mulai rusak oleh ulah kita sendiri yang rakus, kita tidak ada habisnya membabat hutan untuk dijadikan pemukiman dan perkebunan yang merusak ekosistem. Cerita mudikku melihat lingkungan yang kulihat ketika melintasi daerah-daerah tertentu, ternyata kepedulian kita ke alam dan lingkungan masih kurang teman. Yuk kita bersama menjaga kelestarian bumi, dengan menjaga baik lingkungan kita dengan cinta. Kita pasti bisa!! :)




Liburan Itu

Liburan...

Yeah,, apa sch yang ada dipikiran kalian kalo ada kata liburan di kamus harian kalian? Senengkah, enjoykah, atau ada kata-kata menyenangkan yang lain?

Tapi kalo buat gue liburan itu = nelangsa...


Awal kenelangsaan dimulai ketika ada rencana liburan ke Kerinci (Prov. Jambi) bersama teman-teman kuliah, persiapan matang udah disiapin jauh-jauh hari untuk perjalanan yang baik. Tapi ketika pada hari H nya berangkat kesana, gue kudu jalan kaki! Gak jalan kaki dalam arti yang sesungguhnya sch, gila jarak rumah gue (Kota Jambi) sampai Kerinci kurang lebih 500km belum nyampe udah meletus duluan betis gue di jalan. Arti jalan kaki disini gue kudu berangkat sendiri, nyusul bus travel rombongan yang udah berangkat duluan kesana..

Jegeeeeerr.., bunyi petir untuk beberapa detik mengisi backsound di kepala gue, mendadak jompo dch gue waktu itu. Kaget plus bapaknya kaget, jadi gue berasa kayak anak kecil yang tertinggal ibunya di mall gak tau kudu ngapain. Mau nangis udah expire umurnya, mau marah ntar dibilang alumni RSJ, dan gue memutuskan untuk makan! #lho?? Ya gak lah.. Gue memutuskan untuk ikut rombongan travel bus selanjutnya buat nyusul teman-teman gue yang udah berangkat duluan, alhasil "harta karun" yang dibawa untuk saku kurang beberapa persen. :(

Ini hasil dari tindakan gue sendiri sch deket-deket dengan kebo (panggilan buat PS2 gue) semaleman, jadi aja tidurnya kayak kebo juga puleeeess banget. Misal ada kebakaran dilingkungan gue, mungkin gue malah milih untuk asyik basahin bantal dengan kubangan iler gue dan mati gosong daripada nyelametin diri. Tipe cowok setia kan gue, mati berdua dengan sesuatu yang gue sayang banget. Mungkin suatu saat cerita romantis ini diangkat jadi film, dengan judul "Kisah Cinta Sejati Seorang Pemuda Labil Dengan Pasangan Hidupnya (Bantal)". #eaa



Setelah sekitar 3 jam kemudian, nyampelah gue di Kab. Kerinci tempat wisata yang populer di Jambi. Pas sampai disini pemandangannya keren banget lho, khas pegunungan. Disini kita disuguhin air terjunnya yang wah plus kebun teh yang luas banget peninggalan pemerintahan Belanda. Disini kita juga bisa menyegarkan pikiran, dengan pemandangan sekeren ini. Tau gak? Kerinci sendiri merupakan daerah pegunungan yang berbatasan langsung dengan Prov. Sumatra Barat (Padang), jadi waktu gempa tahun 2009 di Padang kemarin disini juga kena efeknya. Sebagian kecil rumah warga roboh, sebagian sedang rumah warga retak-retak, dan sebagian besar orang jelek hilang di telen gempa. Gue orang jelek terakhir yang selamat, alhamdulillah yah.. Gak-gak, cerita yang bener sebagian besar rumah warga rusak ringan, dan sebagian lainnya rusak berat/roboh. Untungnya disini tidak ada korban jiwa, warga sekitar mampu menyelamatkan diri dan hanya sebagian kecil yang mengalami luka ringan.


Pemandangan Gunung Kerinci dilihat dari Danau Kerinci, Kereeennn...


Perjalanan gue pun berlanjut, gue naik ojek menuju penginapan yang terlebih dahulu udah diisi tuyul-tuyul (temen-temen gue) sebelumnya. Disini angkutan umum jarang banget sob.. Setelah sampai gue peluk temen-temen gue satu-satu, mereka pun menyambut dengan berbaris rapi plus senyuman hangat. Ntah mungkin dalam benak mereka bertanya-tanya “ini manusia koq nyampe sini”. Gue pun disuguhin teh hanget oleh Tini temen cewek dalam rombongan liburan ini, kami terdiri dari 8 cowok dan 5 cewek. Dan obrolan ringan pun dimulai untuk mempersiapkan perjalanan besok.


Yap inilah resiko menang di ajang Mr. Jelek 2010 tahun kemarin, gue jadi korban muka jelek gue sendiri pas mau jalan-jalan menyusuri kota ini. Setelah seharian keliling tempat wisata Kerinci, kami menuju sebuah mall pusat oleh-oleh dan makanan khas Kerinci. Teman-teman yang daritadi “bernafsu” ingin merampok disini langsung aja masuk, sedangkan gue yang daritadi nahan kencing berbelok langsung ke toilet diujung dekat parkiran. Setelah itu otak gue yang IQnya tiarap ini tiba-tiba berpikir “Ternyata nahan kencing itu seperti nahan cinta ke seseorang yah, pas udah dikeluarin/dinyatain legaaa banget. Biarpun ntar endingnya bau/ditolak, penting udah lega.” *apa dech*

Setelah itu gue segera nyusul teman-teman yang udah duluan ngerampok, gue pun jadi semangat kutan ngerampok buat oleh-oleh adik dan bapak dirumah. Dengan muka bahagia habis pipis gue pun menuju ke dalam nyusul teman-teman, yang tiba-tiba pundak gue ditepuk dari belakang. Gue pun berbalik ke belakang ingin liat siapa orang yang berani nyentuh pundak calon presiden Indonesia tahun 2222 ini. Pas gue liat orangnya, eh dia malah nyodorin uang seribuan. Gue pun berpikir uang ini maksudnya untuk apa, memperpanjang umur gue sehari untuk makan, apa dia oom Nazarrudin lagi bersedekah, untuk dana kampanye gue, atau apakah dia lagi bosen dengan uang. Segala yang gue pikirin tadi salah, ketika dia bilang “Bang, motorku yang sana!”. Ya elaaaa, ibu anakmu ini dikira tukang parkir. :(((


Ekspresi Muka Bahagia Ketika Mendapatkan Gelar Mr. Jelek 2010

Untuk beberapa detik gue melongo kayak kebo yang belum makan, apakah ini nyata? Gue dikira tukang parkir, sekali lagi TUKANG PARKIR!! Citra gue sebagai Cover Boy 45’ benar-benar terkoyak, hancur karena uang bergambar Pahlawan Pattimura ini. Ya sudahlah, gue pun tertunduk lesu masuk mall seiring bapak-bapak tadi pergi menjauh dengan motornya. Dan 1 permintaan maaf tulus gue buat abang parkir “uangmu aku ambil bang, itu karena wajahmu lebih ganteng dariku”. Hiks hiks hiks.. gue pun cerita ke teman-teman di dalam mall, dan mereka pun tertawa bahagia meliat temannya yang satu ini menderita batin. Atit au.., hiks.. ?

Dan keesokkan harinya kami pulang setelah puas jalan-jalan disini selama 2 hari, waktu yang tidak sebentar buat kami apalagi gue. Meninggalkan cerita bahagia buat teman-teman gue dan meninggalkan cerita sedih banget buat,,, tau sendiri lah siapa. Ya meski begitu gue juga merasa senang, bareng-bareng bisa jalan sama teman itu sesuatu banget. Apalagi pemandangan Kerinci yang elok ini, ati gue adem. Adem dengan karya Illahi yang mengagumkan ini.. Waktu bus berjalan pulang, kami sekali lagi menoleh ke belakang dan bicara dalam hati. “Kerinci kami akan datang kembali, pasti!”.. *tersenyum*




 

© Copyright catatan heri . All Rights Reserved.

Designed by TemplateWorld and sponsored by SmashingMagazine

Blogger Template created by Deluxe Templates