Ngelanjutin cerita tentang Eco Mudik Go Green di postingan sebelumnya di Waahh dan Wiihh Mudik Menggunakan Bus. *baca dulu yuk yang belum baca*, kali ini aku mau cerita mudik go greenku selama di Jambi. Dan ini sesuatu banget yang kedua buatku selama liburan disini, tetap dengan waah dan wiihh selama liburan yang menyangkut tentang lingkungan seperti artikel sebelumnya. Kali ini harapku masih tetap sama semoga membuka lebih lebar mata kita semua yang membaca, kepedulian terhadap lingkungan di Sumatera khususnya Jambi yang mau aku ceritain sekarang.
Di Jambi aku keliling bersama keluarga besar ke tempat wisata yang cukup terkenal disini, menikmati tempat wisata yang tidak aku nikmatin di Solo. Aduhai, membayangkan keindahannya saja membuatku tidak tahan ingin segera terjadi acara keliling-kelilingnya. H+3 setelah lebaran kami sekeluarga sepakat merencanakan liburan bersama keluarga besar mengililingi tempat wisata di Jambi. Selain berlibur juga tali silahturahmi lebih erat terjalin, harap kami semua. Di mulai dari Muara Jambi sampai ke Kerinci, wisata alam pegunungan yang sangat terkenal disini karena keindahan pemandangan alamnya. Mendengar sekilas tentang keindahan alam yang akan kami kunjungi membuatku semakin tak sabaran.
Hari yang dinantikan pun datang, kami berangkat menggunakan mobil keluarga yang memuat lumayan anggota keluarga. Kami memulai liburan “sehat” kami dengan datang ke situs Muara Jambi, ada peninggalan kerajaan melayu disini. Candi yang sedang dipugar tak mengurangi semangat kami untuk menikmati liburan yang bernilai sejarah, dan pemandangan di sekitarnya pun membuatku berkata Waahh.. Burung-burung kecil mengiringi perjalanan kami disini, semilir angin yang bergesek dengan ranting pohon membuat kami semakin menikmati Candi ini. Sekitar 30 menit tak terasa kami berada disini, jarang-jarang kan objek wisata budaya bisa dinikmati sambil menikmati keindahan alam.
Setelah puas di Candi Muara Jambi kamipun langsung bergegas berangkat ke Kerinci, perjalanan sekitar 3 jam membuatku getir. Bukan karena lamanya duduk di mobil, tapi selama perjalanan aku melihat banyak hutan-hutan yang gundul dan sebagian sudah menjadi arang karena di bakar. Inginnya sch liburan “sehat” bersama keluarga hanya terucap kata Waahh dari mulutku karena takjub akan keindahan alam ciptaan Illahi. Sedih dch, aku hanya menatap kosong ketika mobil kami melintasi hutan-hutan yang sudah gundul itu. Karena waktu itu musim penghujan, sebagian tanah di hutan itu pun longsor. Meski tak banyak longsoran ketika aku melihatnya, tapi ketika hujan deras datang pasti erosinya lebih besar pula. *gak mau ngebayangin dch*
Hutan Gundul Di Jambi
Daaann, akhirnya kamipun sampai di Kerinci. Kabupaten terujung di Jambi yang berbatasan langsung denganProv. Sumbar ini membuat kami lagi-lagi takjub. Waahh, kata itu terucap lagi untuk menggambarkan keindahan alam yang benar-benar indah. Sejenak aku diam sambil menghirup udaranya yang 100% oksigen, di Jakarta kota yang kami lewati waktu berangkat mudik pasti tak sampai segini oksigennya. *yakin banget*. Lalu kami beristirahat sejenak di rumah keluarga kami disitu. Setelah mengumpulkan tenaga, kami pergi ke puncak gunung Kerinci untuk perjalanan pertama kami disini. Aku tak bisa berkata-kata, demi Tuhan pemandanganya Indah sekali. Gunung yang masih aktif ini memberikan suasana yang tenang, semilir dingin angin tak menciutkan niat kami keliling-keliling barang sejenak. Setelah cukup puas menikmati pemandangan gunung Kerinci dan karena ada anggota keluarga yang tak tahan dingin, kamipun menuju air terjun berasap.
Gunung Kerinci
Karena tak pernah melihat air terjun, sekali melihat air terjun rasanya membuat kami ingin segera mandi dan berenang disitu. Perjalanan yang terjal dan licin mengingatkanku untuk bersabar, apalagi sehari sebelumnya disini hujan. Sayang, perjalanan terjal diwarnai dengan sampah-sampah plastik bekas air mineral maupun snack. Tulisan “Tempat Sampah” di ujung jalan menuju air terjun berasap rasanya tak menggugah mereka yang hanya menikmati keindahan air terjun berasap dan mengabaikan kebersihan. Tulisan-tulisan “kaligrafi” i love you, nama-nama “orang penting” juga merusak tembok-tembok dan batu-batu di sekitar air terjun berasap. Mereka mungkin tak puas dengan hanya meninggalkan sampah-sampah itu dan membuat kenang-kenangan disini. Hatiku pun tergugah..
Setelah sedikit “beres-beres” aku menyusul keluargaku yang sudah yemplung duluan. Rasa jengkelku tadi mendadak hilang, guyuran berkubik-kubik air dari atas menentramkan pikiranku. Aku nikmati sekali tiap air yang membasahi badanku, segarnyaaa batinku berkata... keindahan alam indah yang diciptakan Tuhan begini koq malah ditinggalkan yah. Kita orang Indonesia lebih senang berlibur ke luar negeri dan menghabur-hamburkan uang untuk barang-barang yang tak berguna, harusnya kita berlibur di negeri sendiri dan memajukan pariwisata tanah air. Dan untuk daerah-daerah dengan keindahan alam yang belum terjamah jadi ikut terangkat dan menjadi popoluer. Semoga yah.. :)





0 komentar:
Posting Komentar