Angin bertiup pelan masuk ke jendela lusuh ini, lusuh karena sudah puluhan tahun jendela ini selalu pembuka setia cahaya mentari masuk tiap pagi. Lagu Astrid - Mendua merdu mengalir lewat speaker radio, lagu yang tak cocok denganku sebenarnya.
Mendua? Ya mendua, kata yang paling kubenci. Kata yang melambangkan ketidaksetiaan, pengkhianatan dan sinonim arti negatif lainnya. Bukan karena apa, ini mengingatkan pada seseorang. Spesial sebenarnya, tapi itu dulu. Beberapa tahun yang lalu, sebelum kubenci dengan kata mendua ini.
*******
"Yank, tak usah dijemput aku ya?", kubaca SMS yang masuk dilayar HPku, SMS dari reni pacarku. Waah tumben ini anak pingin pulang sendiri. Aku tak menaruh curiga, tak pula kubertanya banyak. Dan kubalas SMS dari reni "Iya say. "
Melepas penat seharian pulang sekolah, tak ada kegiatan ritual juga. Kuhidupkan motorku dan berkeliling di kota kecil ini, ya Jambiku. Kupuaskan ragaku merasakan angin sepoi sore ini, ah segarnya. Dan arah motorku masuk ke area parkiran Mall, cuci mata pikirku.
Naik ku ke lantai 3, tempat kumpulnya segala permainan yang hanya hidup jika dikasih "makanan" beberapa ribu rupiah. Belum kusentuh segala permainan itu, belum pula ku memasuki taman permainan itu. Badanku langsung kaku, kuyakinkan tubuhku apakah benar harus berdiri disini? Apa benar??
Reni juga berada disini!! Harusnya kusenang bisa berjumpa dia disini, tapi tidak. Dia sedang bermain lempar bola basket, dan ada pria dibelakangnya yang menjadi pemandu keasyikan permainan mereka. Dan pemandu pria itu erat memeluk Reni dari belakang. Tak butuh beberapa menit, hatiku langsung hancur seketika. Lututku teras lemas, ingin roboh rasanya.
Kusandarkan badanku yang sudah tak memiliki semangat ini di deretan permainan seperti dingdong. Kusembunyikan tubuhku yang mendadak renta ini agar mereka yang sedang menabur benih cinta itu tak merasa terganggu. Ya Tuhan, aku hancur... Rasa cintaku mendadak kamuflase menjadi kebenciaan. Harusnya kusadar, inilah akhir dari semuanya.
Aku pulang, dengan membawa hati yang tersisa di dada. Kupegang erat-erat, sambil kuberlalu biar angin yang lewat menghapus kenangan yang sudah ada. Selamat tinggal, untuk hati yang tega mendua.
Aku pulang, dengan membawa hati yang tersisa di dada. Kupegang erat-erat, sambil kuberlalu biar angin yang lewat menghapus kenangan yang sudah ada. Selamat tinggal, untuk hati yang tega mendua.

0 komentar:
Posting Komentar