Apakah anda terbiasa melihat pengendara cilik diatas? Seberapa seringkah anda melihatnya di lingkungan anda, atau barangkali itu juga terjadi kepada tetangga, teman atau keluarga anda sendiri yang masih anak-anak tapi sudah mengendarai motor sendiri. Pasti kita seringkali melihat remaja tanggung yang masih tergolong anak-anak sudah mengendarai motor sendiri. Sama lumrahnya ketika kita melihat anak ABG merokok, kita sering melihat tapi tidak ada tindakan ke mereka membuat ini menjadi biasa. Perbuatan yang kalau dipikir-pikir lagi itu belum waktunya untuk mereka. Mengapa fenomena ini bisa terjadi? Sesuatu yang harus kita tinjau kembali demi kebaikan mereka dan kita sebagai keluarganya.
Hal negatif yang menjadi hal biasa di mata itu penyebabnya karena faktor pembiaran. Kebiasaan jelek yang harus kita ubah dari sekarang!! Kita pelajari kembali mengapa banyak anak-anak SMP bahkan SD sudah mengendarai motor sendiri di jalan. Dari sisi saya, penyebab fenomena ini karena 3 faktor. Faktor lingkungan, faktor keluarga dan faktor sekolah. Dimulai dari faktor lingkungan, sebagai anak sekolahan yang mempunyai teman berbeda-beda dari segi ekonomi, pasti menginginkan motor juga sama seperti temannya. Entah itu sebagai gengsi, atau agar bisa bepergian bareng-bareng dengan temannya yang punya motor. Membuat anak berkeinginan mengendarai motor sama dengan teman-temannya.
Faktor kedua datang dari keluarga, keluarga mempunyai peran penting disini. Orang tua lah orang pertama yang memberi pengarahan pada si anak kapan waktu tepat mengendarai motor pada anak. Karena banyak bapak yang mengajarkan anaknya mengendarai motor anaknya pada umur yang belia, bahkan anak SD pun sudah diajarkan mengendarai motor. Mungkin dengan maksud agar si anak bisa membantu ketika keadaan mendesak, ibu mau bepergian sedangkan bapak tidak ada dirumah bisa mengantarkan ibu. Untuk itulah selain mengajarkan bagaimana mengemudi motor, sebaiknya bapak juga mengarajarkan anaknya Safety Riding (mengendara yang aman). Bapak bisa memberi contoh bagaimana menggunakan helm yang baik, dan mematuhi rambu lalu lintas. Karena memori seperti ini akan terbawa ke anak hingga remaja.
Faktor yang terakhir faktor sekolah, sadar tak disadari sekolah lah yang 60% lebih peraturannya di taati oleh anak daripada di rumah. Untuk itu sekolah hendaknya lebih memberi porsi lebih mengenai mengendara yang aman untuk siswanya. Kita pernah dengar berita tahun lalu yang akan diadakan mata pelajaran tambahan tertib lalu lintas di sekolah, sebenarnya ini baik jika memang dijadikan kurikulum sekolah. Anak bisa belajar tertib lalu lintas dan anak bisa mempratekkannya di dirinya dan mungkin temannya juga. Sayangnya ini hanya isapan jempol dan niat baik pemerintah itu belum terlaksana juga sampai sekarang. Tapi guru juga bisa memberikan pengarahan kepada murid-muridnya, bagaimana mengendarai motor yang aman dan aturan lalu lintas agar selamat sampai sekolah dan belajar dengan tenang.
Dari uraian 3 faktor penyebab fenomena pengendara di bawah umur diatas, semoga dapat membuka mata kita lebih lebar akan bahaya yang ditimbulkan. Dan pengenalan budaya safety riding dapat bermanfaat bagi generasi muda, agar taat hukum dan peraturan lalu lintas untuk menekan angka kecelakaan lalu lintas karena tidak disiplinnya kita di jalan.
























